
YOGYAKARTA – Setiap hubungan berpasangan, tidak peduli seberapa romantis awalnya, pasti akan menghadapi naik-turun emosi. Namun, ketika perasaan tidak bahagia mulai muncul terus-menerus, banyak orang bertanya-tanya apakah ini normal? Apakah ini pertanda hubungan sudah tidak sehat?
Merasa tidak bahagia dalam hubungan bukanlah hal yang perlu terlalu dikhawatirkan. Menurut konselor hubungan dan sex therapist Jessa Zimmerman, MA., merasa tak bahagia dalam hubungan berpasangan itu wajar. Kita tak selalu bahagia 100 persen dalam setiap waktu di hidup, tambah Zimmerman dilansir Mind and Body Green, Kamis, 10 Juli. Bahkan itu bisa menjadi sinyal penting bahwa ada kebutuhan emosional yang belum terpenuhi, dan perlu dieksplorasi lebih dalam. Berikut, poin penjelasannya tentang perasaan tidak bahagia yang muncul dalam hubungan berpasangan.

Perasaan tidak bahagia bukan tanda gagal
Terkadang, ekspektasi terhadap hubungan romantis terlalu tinggi. Harapan akan kebahagiaan yang terus-menerus bisa membuat seseorang merasa bersalah ketika mulai merasakan kesepian, jenuh, atau bahkan marah terhadap pasangan.
Padahal, merasa tidak bahagia sesekali adalah bagian dari dinamika hubungan yang wajar. Emosi negatif bukanlah tanda bahwa hubungan telah gagal, melainkan indikator bahwa ada aspek tertentu yang perlu dibicarakan atau diperbaiki.
Hal yang memicu perasaan negatif tersebut, juga perlu diidentifikasi pasangan. Seperti apakah kurangnya komunikasi secara terbuka, tujuan berdua apakah sudah sejalan, sudahkah saling mendengarkan dan menghargai, apakah kedekatan emosional dan fisik terbangun dengan baik, atau apakah ada beban yang bikin stres di luar hubungan yang tidak terselesaikan. Semua hal tersebut, perlu dibicarakan berdua. Bisa jadi ada aspek terkait hal tersebut yang menjadi akar dari ketidakbahagiaan.
Bicara terbuka bisa jadi titik awal untuk memperbaiki
Salah satu langkah paling penting ketika mulai merasa tidak bahagia adalah berbicara dengan pasangan secara jujur dan terbuka. Hindari menyimpan semua rasa tidak puas sendiri, karena itu justru bisa memperbesar jarak emosional. Dengan komunikasi yang sehat, banyak pasangan justru menemukan kembali koneksi mereka dan belajar memperbaiki pola hubungan yang sebelumnya tidak disadari.
Menyadari pentingnya evaluasi diri
Kadang kala, rasa tidak bahagia muncul bukan karena pasangan tidak cukup baik, tetapi karena harapan pribadi yang tidak realistis. Misalnya, mengharapkan pasangan selalu tahu apa yang dirasakan tanpa harus diberitahu, atau berharap hubungan selalu berjalan mulus tanpa konflik. Dengan mengevaluasi ulang ekspektasi terhadap hubungan dan diri sendiri, seseorang bisa lebih objektif melihat situasi yang sedang dihadapi.
Jika rasa tidak bahagia terus berlangsung dan mulai mengganggu keseharian, mencari bantuan profesional seperti konselor atau terapis hubungan adalah langkah bijak. Pendekatan terapi bisa membantu menemukan pola komunikasi yang lebih sehat dan membuka ruang untuk solusi yang konstruktif.
Merasa tidak bahagia dalam hubungan berpasangan bukan akhir dari segalanya. Justru dari perasaan tersebut, Anda bisa belajar lebih dalam tentang diri sendiri, pasangan, dan bagaimana membangun hubungan yang lebih sehat. Yang terpenting adalah memberi ruang bagi kejujuran, komunikasi, dan pertumbuhan bersama.
Tak bahagia dalam hubungan bukanlah hal yang perlu terlalu dikhawatirkan. Kita tak selalu bahagia 100 persen dalam setiap waktu di hidup, jelas pakar. Begini saran konselor hubungan untuk mengatasi perasaan tak bahagia dalam berpasangan.
Voi.id – Latest News