
JAKARTA – Setelah sempat bertengger di level 122.000 dolar AS (Rp1,98 miliar), Bitcoin (BTC) hari ini kembali terkoreksi tajam hingga menyentuh level di bawah 117.00 dolar AS (Rp1,90 miliar) yang memicu kekhawatiran pelaku pasar soal potensi arah tren berikutnya.
Menurut Indodax, aksi profit-taking besar-besaran dari investor institusi diduga menjadi pemicu utama penurunan ini, meski tidak disertai sentimen negatif dari sisi regulasi maupun makroekonomi.
Penurunan Bitcoin turut menyeret Ethereum ke bawah level 3.000 dolar AS (Rp48,7 juta), sementara altcoin kapitalisasi besar lainnya mengalami penurunan 2–3%. Tekanan pasar masih bersifat menyeluruh, tetapi belum mengarah pada panic selling.
Meski harga terkoreksi, analis CryptoQuant Tarek J dan analis cryoti Greeks.live, Adam, menilai bahwa penurunan ini bukan disebabkan sentimen negatif, melainkan semata-mata karena likuiditas alami pasar.
Kedua analis tersebut bahkan melihat target berikutnya Bitcoin akan berada di kisaran 130.000 dolar AS atau sekitar Rp2,11 miliar, asalkan sentimen makro mendukung.
Indodax juga melansir di mana analis senior Jeff Mei, menyebut bahwa pola ini mirip dengan konsolidasi pasca-ATH di 2021 dan 2017, yang justru mengantar Bitcoin pada fase bullish berikutnya.
“Kami percaya bahwa pencapaian all-time high oleh Bitcoin merupakan sinyal kuat bahwa industri crypto sedang berada di ambang awal bull run besar berikutnya,” ujar Jeff Mei dikutip dari BitcoinInfoNews.
Mereka menegaskan kalau penurunan Bitcoin ke level ini merupakan bagian dari siklus alami pasar, bukan sinyal kehancuran. Aksi profit-taking justru menunjukkan bahwa banyak investor telah mencetak cuan dan masih percaya pada potensi jangka panjang BTC.
“Namun, investor disarankan tetap memantau rilis data ekonomi dan pergerakan ETF dalam beberapa hari ke depan untuk mengukur potensi arah berikutnya,” pungkas Indodax.
Setelah sempat bertengger di level 122.000 dolar AS (Rp1,98 miliar), Bitcoin (BTC) hari ini kembali terkoreksi tajam hingga menyentuh level di bawah 117.00 dolar AS (Rp1,90 miliar) yang memicu kekhawatiran pelaku pasar soal potensi arah tren berikutnya.
Voi.id – Latest News