
YOGYAKARTA – Tahukah Anda ratusan juta ton makanan terbuang setiap tahunnya? Padahal jumlah tersebut cukup untuk memberi makan ratusan juta orang yang kelaparan. Sebagian besar makanan yang terbuang ini berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), mencemari lingkungan dan menghasilkan gas rumah kaca seperti metana yang merusak atmosfer.
Di tengah krisis ini, pengolahan sampah organik menjadi langkah krusial yang bisa dimulai dari rumah. Alih-alih menjadi limbah yang merusak lingkungan, sisa makanan, potongan tanaman, ampas kopi, kulit buah, dan bahan sejenis lainnya bisa diolah menjadi kompos, pupuk alami, hingga sumber energi terbarukan.
Apa Itu Sampah Organik?
Sampah organik adalah bahan yang dapat terurai secara hayati yang berasal dari tumbuhan, hewan, atau produk alami lainnya. Ini meliputi:
- Sisa makanan: kulit buah, sayuran busuk, ampas kopi, kulit telur, dan makanan basi.
- Sampah halaman: daun kering, rumput, ranting, dan bunga gugur.
- Produk biodegradable: seperti tisu, kertas tak terpakai, kapas, dan plastik ramah lingkungan.
- Limbah pertanian dan peternakan: kotoran hewan, jerami, dan sisa tanaman.
- Bangkai hewan: termasuk dalam kategori organik, tetapi memerlukan penanganan khusus karena potensi penyebaran penyakit.
Dengan pengolahan yang tepat, semua jenis limbah organik ini bisa diubah menjadi sumber daya yang sangat bermanfaat bagi lingkungan dan kehidupan sehari-hari.
5 Jenis Pengolahan Sampah Organik
Pengolahan sampah organik tidak hanya bisa dilakukan oleh industri atau fasilitas besar. Rumah tangga pun memiliki peran penting dalam mengurangi limbah dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Dilansir dari Skip Shapiro, berikut beberapa cara pengolahan yang bisa Anda lakukan di rumah:
Pengomposan adalah cara paling sederhana dan efektif untuk mengolah sampah organik di rumah. Anda cukup menyediakan tempat khusus, seperti lubang di tanah, tong bekas, atau komposter siap pakai.
Biasanya, proses pengomposan membutuhkan rasio sampah hijau (bahan kaya nitrogen seperti sampah makanan) dan sampah cokelat (bahan kaya karbon seperti daun dan serpihan kayu).
Dalam waktu beberapa minggu hingga bulan, tumpukan sampah tersebut akan berubah menjadi kompos alami yang kaya nutrisi, cocok untuk tanaman di halaman atau kebun rumah Anda.
Langkah kecil seperti memisahkan sampah organik dari sampah anorganik sudah merupakan kontribusi besar terhadap pengurangan sampah di TPA. Anda bisa menyetor sampah dapur ke komunitas kompos lokal, kelompok petani urban, atau program bank sampah yang menerima sampah organik. Ini merupakan cara mudah untuk memastikan sampah Anda tidak berakhir sebagai polusi.
Pencernaan anaerobik merupakan proses penguraian bahan organik tanpa oksigen yang menghasilkan biogas (metana) dan digestat (pupuk cair/padat). Meski metode ini umum digunakan pada skala industri, saat ini tersedia juga versi skala kecil untuk rumah tangga yang disebut biogas digester.
Jika Anda memiliki hewan ternak atau tinggal di daerah pedesaan, alat ini sangat berguna untuk mengubah kotoran hewan dan limbah dapur menjadi energi memasak dan pupuk alami.
Meskipun sebagian besar teknologi ini dilakukan pada tingkat industri, Anda tetap bisa menerapkan prinsipnya di rumah. Misalnya, dengan memanfaatkan kompor biogas skala kecil dari limbah organik. Cara ini membantu mengurangi konsumsi gas LPG dan mengubah limbah menjadi energi bermanfaat.
Jika Anda memiliki ruang di halaman rumah, Anda bisa membangun lubang resapan organik (biopori). Masukkan sisa makanan dan sampah kebun ke dalam lubang ini. Selain mengurangi volume sampah, lubang biopori juga membantu menyerap air hujan, mempercepat penyerapan ke tanah, dan memperbaiki struktur tanah.
Pengolahan sampah organik menjadi langkah krusial yang bisa dimulai dari rumah. Alih-alih menjadi limbah yang merusak lingkungan, sisa makanan, potongan tanaman, ampas kopi, kulit buah, dan bahan sejenis lainnya bisa diolah menjadi kompos, pupuk alami, hingga sumber energi terbarukan.
Voi.id – Latest News