JAKARTA – Serangan Rusia terhadap perusahaan Amerika di wilayah Zakarpattia, Ukraina, melukai 15 orang. Presiden Volodymyr Zelenskyy menyebut serangan itu menunjukkan tak ada niat Rusia mengakhiri perang.
“Sejauh ini, belum ada sinyal dari Moskow bahwa mereka benar-benar akan terlibat dalam negosiasi yang berarti dan mengakhiri perang ini,” tulis Zelenskyy di aplikasi perpesanan Telegram dilansir Reuters, Kamis, 21 Agustus.
“Tekanan diperlukan. Sanksi yang kuat, tarif yang kuat,” tegasnya mengulang pesan yang sama soal sanksi terhadap Rusia.
Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha sebelumnya mengutuk serangan tersebut dalam postingan di X.
“Fasilitas sipil sepenuhnya yang tidak ada hubungannya dengan pertahanan atau militer,” ujarnya.
“Ini bukan serangan Rusia pertama terhadap bisnis-bisnis Amerika di Ukraina, setelah serangan terhadap kantor-kantor Boeing di Kyiv awal tahun ini dan serangan-serangan lainnya,” sambungnya.
Di kota Lviv, Ukraina barat, serangan tersebut menewaskan satu orang, melukai tiga orang lainnya, dan merusak 26 rumah, menurut Gubernur Maksym Kozytskyi.
Angkatan Udara Ukraina mengatakan Rusia menggunakan 574 pesawat nirawak (drone) dan 40 rudal dalam serangan semalam di negara itu, yang merupakan serangan terbesar sejauh ini pada Agustus.
“Inilah mengapa upaya untuk memaksa Rusia mengakhiri perang sangat penting,” kata Sybiha.
Serangan Rusia terjadi di tengah upaya intensif Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina.
Rusia yang menyangkal menargetkan warga sipil, menggunakan rudal dan drone untuk menyerang kota-kota Ukraina yang jauh dari garis depan perang.
Ribuan warga sipil, sebagian besar warga Ukraina tewas sejak Moskow menginvasi pada tahun 2022.
Serangan Rusia terhadap perusahaan Amerika di wilayah Zakarpattia, Ukraina, melukai 15 orang. Presiden Volodymyr Zelenskyy menyebut serangan itu menunjukkan tak ada niat Rusia mengakhiri perang.
Voi.id – Latest News