
JAKARTA – Pameran mobil IAA Mobility di Munich tahun ini menjadi panggung yang menegangkan bagi para produsen otomotif Eropa. Mereka tidak hanya memamerkan model terbaru, tetapi juga menghadapi “badai sempurna” yang mengancam dominasi mereka: tekanan tarif dari Amerika Serikat, biaya elektrifikasi yang melonjak, dan persaingan ketat dari pabrikan China yang agresif memasuki pasar Eropa.
Mengutip laporan Reuters, Senin, 8 September, alih-alih hanya menampilkan mobil baru, pimpinan perusahaan-perusahaan besar seperti Volkswagen, BMW, dan Mercedes-Benz memanfaatkan ajang ini untuk melobi agar Uni Eropa mempertimbangkan kembali kebijakan ambisiusnya, yaitu larangan penjualan mobil bermesin pembakaran internal pada tahun 2035. Bahkan, CEO BMW Oliver Zipse, secara terbuka menyebut larangan tersebut sebagai “kesalahan besar” dan menyarankan regulasi emisi yang lebih holistik.
Namun, tantangan terbesar datang dari Timur. Pabrikan China seperti BYD, Changan, dan GAC secara masif membanjiri pasar Eropa dengan model-model yang kompetitif, baik dari segi harga maupun teknologi. Menurut data dari JATO Dynamics, pangsa pasar merek China di Eropa hampir dua kali lipat menjadi 4,8 persen hingga Juli tahun ini dibandingkan periode yang sama di tahun 2024.
Kondisi ini diperparah dengan melemahnya penjualan mobil-mobil Eropa di China, pasar tunggal terbesar bagi banyak merek terkemuka. Sebagai contoh, Porsche merasakan dampaknya paling parah, dengan penurunan penjualan sebesar 28 persen di Tiongkok pada paruh pertama tahun ini. Penurunan ini bahkan menyebabkan Porsche terdepak dari indeks saham blue-chip Jerman, sebuah pukulan telak yang menandai berakhirnya era penjualan yang mulus di pasar tersebut.
Di sisi lain Atlantik, keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan tarif 15% pada mobil buatan Eropa juga menjadi momok. Meskipun kesepakatan dagang telah tercapai pada Juli, tarif ini berpotensi memaksa produsen Eropa untuk tidak menjual model-model yang kurang menguntungkan di pasar AS.
Para ahli industri melihat situasi ini sebagai akibat dari “kelambanan” produsen Eropa. Phil Dunne dari Stax menyebut bahwa setelah bertahun-tahun berpuas diri, kini “orang Tiongkok ada di sini untuk tinggal.” Situasi ini memaksa raksasa otomotif Eropa untuk beradaptasi dengan cepat jika mereka ingin mempertahankan posisi mereka di kancah global.
Terjepitnya Industri Otomotif Eropa Antara Tarif Trump dan Serbuan Mobil China
Voi.id – Latest News