
JAKARTA – Milan, kota mode yang terkenal dengan glamor kini punya tren baru yang sedikit berbeda, yakni antrean panjang untuk sebuah mainan mungil bernama Labubu.
Karakter “ugly-cute” (jelek tapi menggemaskan) ini sukses mencuri perhatian dan menjadi bagian dari gaya hidup anak muda hingga keluarga di Italia.
Di sepanjang Corso Buenos Aires, salah satu jalan belanja paling sibuk di Milan, antrean orang bisa terlihat mengular puluhan meter hanya untuk masuk ke toko POP MART. Dari balik kaca etalase, Labubu dengan mata besarnya seakan menyambut penggemar yang rela menunggu berjam-jam.
Alice, penggemar Labubu asal Alessandria rela menempuh perjalanan lebih dari satu jam untuk mencoba peruntungan mendapatkan figur kecil ini.
“Labubu bukan sekadar mainan. Buat saya, Labubu tren yang semua orang cari dan ada sentuhan fashion yang bikin beda,” ujarnya, dikutip dari laman Xinhua.
Marta, warga lokal Milan lebih beruntung. Ia memenangkan slot pembelian melalui undian online.
“Sekarang kamu bisa lihat Labubu di mana-mana di jalan,” katanya sambil menggenggam Blind Box yang baru dibeli.
“Dia itu tren, aksesori, sekaligus mainan,” lanjutnya.
POP MART, perusahaan mainan desainer asal Beijing, membuka toko flagship pertamanya di Italia pada Juli 2024. Tak butuh waktu lama, setahun kemudian mereka sudah memperluas bisnis dengan pop-up store di pusat perbelanjaan Rinascente.
“Suasananya luar biasa, penuh energi,” kata Marco Ardizzone, Sales Director POP MART untuk Eropa Selatan.
“Kebanyakan pelanggan datang dari Milan, tapi kami juga melihat orang dari Bergamo, Venesia, Turin, hingga Roma dan Napoli. Setiap hari ada antrean, dan tren ini belum menunjukkan tanda-tanda melambat,” lanjutnya.
Labubu berasal dari koleksi “Monsters” ciptaan Kasing Lung, desainer kelahiran Hong Kong yang tumbuh besar di Belanda. Meski tampilannya aneh, justru itulah yang membuatnya dicintai. Karakternya jelek tapi imut, sederhana tapi penuh karakter.
“Labubu sangat cocok dengan selera klien lokal kami. Mereka menyukai storytelling yang ada di balik setiap karakter,” tambah Ardizzone.
Bagi banyak penggemar, Labubu lebih dari sekadar mainan. Labubu menjadi bentuk ekspresi diri sekaligus teman emosional di tengah hiruk pikuk kota besar.
Pengamat menilai kesuksesan Labubu di Italia tak lepas dari tren Guochao atau China-chic, yang memadukan nuansa budaya China dengan desain modern. Media Italia bahkan menyebut gaya visual POP MART seirama dengan kultur fashion Milan, sehingga mudah diterima.
Fenomena ini juga memperlihatkan kebutuhan anak muda terhadap tiga hal, yaitu estetika ‘ugly-cute’ yang unik, storytelling yang bisa ditafsirkan bebas, serta rasa kebersamaan melalui aktivitas mengoleksi dan berbagi di media sosial.
Kini di setiap sudut toko POP MART, antrean tak pernah sepi. Dari keluarga dengan anak kecil, mahasiswa bergaya streetwear, hingga pekerja kantoran di jam makan siang, semua rela menunggu untuk membawa pulang Labubu.
Dari kotak misteri yang dibuka dengan rasa penasaran hingga foto yang diunggah ke media sosial, Labubu berhasil menenun dirinya ke dalam kehidupan sehari-hari Milan.
Seperti kata Marta, “Labubu itu kecil, aneh, tapi bikin senyum. Rasanya Milan belum lengkap tanpa dia.” ucap Marta.
Milan, kota mode yang terkenal dengan glamor kini punya tren baru yang sedikit berbeda, yakni antrean panjang untuk sebuah mainan mungil bernama Labubu.
Voi.id – Latest News