Eks PM Nepal Oli Perdana Buka Suara Usai Digulingkan Rakyatnya, Bicara 73 Demonstran Tewas

Eks PM Nepal, KP Sharma Oli yang digulingkan rakyatnya dalam demo besar-besaran menewaskan 73 orang. (dok Wikimedia Commons)

JAKARTA – Eks Perdana Menteri (PM) Nepal KP Sharma Oli untuk pertama kali menyampaikan pernyataan resmi setelah digulingkan rakyatnya dalam demonstrasi di negaranya yang berujung ricuh.

Sharma Oli mengatakan tidak ada perintah untuk polisi menembaki massa demo besar-besaran yang menentang pemerintahnya yang korup. Dalam demo itu, 73 orang dinyatakan tewas.

Pria berusia 73 tahun itu mengaku, “para penyusup” bertanggung jawab atas provokasi dalam unjuk rasa berdarah yang dimulai 8 September di Nepal itu.

“Mereka yang menyusup (dalam protes) menghasut kekerasan, yang mengakibatkan hilangnya nyawa anak muda secara tragis,” klaim Oli dalam pernyataan resmi berbahasa Nepal di akun Facebooknya saat negaranya memperingati hari konstitusi pada Jumat 19 September,  dikutip dari AFP.

“Pemerintah tidak mengeluarkan perintah untuk menargetkan para pengunjuk rasa dan melepaskan tembakan,” sambungnya.

Demo besar-besaran di Nepal dimulai oleh generasi muda yang menyuarakan aspirasinya atas ketidakpuasan pemerintahan yang kala itu dipimpin PM KP Sharma Oli.

Awalnya demo memprotes gaya hidup mewah keluarga pejabat pemerintah yang diflexing di media sosial di tengah kondisi masyarakat Nepal serba keterbatasan akibat kesulitan ekonomi berkepanjangan.

Demonstrasi juga dipicu ketidakpuasan publik terhadap upaya hukum dari maraknya kasus korupsi di Nepal. Begitu juga jengahnya masyarakat diminta taat bayar pajak, tetapi manfaat nihil.

Aksi massa kemudian menjadi panas ketika pemerintah yang dikritik melarang sejumlah media sosial per 4 September 2025.

Anak muda Nepal yang tidak turun ke jalan akhirnya ikut terlibat dalam aksi protes lantaran marah platform untuk menyalurkan suara dibungkam tanpa mempertimbangkan kebebasan berpendapat.

Setidaknya 19 orang tewas dalam demo berujung kericuhan pada hari pertama.

 

Kericuhan itu melibatkan massa yang menggeledah kantor-kantor pemerintah, membakar hotel Hilton yang baru launching, dan menyerang simbol-simbol kekuasaan lainnya – termasuk kediaman Oli.

Beberapa pengunjuk rasa juga terlihat mengacungkan senapan otomatis pada hari kedua kerusuhan.

“Harus ada penyelidikan atas insiden penggunaan senjata otomatis yang tidak dimiliki polisi,” ujar Oli dalam unggahannya itu.

“Saya tidak akan banyak bicara tentang konspirasi di balik ini hari ini, waktu yang akan membuktikannya,” tambahnya.

 

​Eks Perdana Menteri (PM) Nepal KP Sharma Oli untuk pertama kali menyampaikan pernyataan resmi setelah digulingkan rakyatnya dalam demonstrasi di negaranya yang berujung ricuh.

 

 

Voi.id – Latest News

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *