
JAKARTA – Isu kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kian menjadi sorotan dalam industri musik global. Spotify, sebagai salah satu platform streaming musik terbesar di dunia, mengambil langkah tegas untuk memperkuat perlindungan terhadap penyalahgunaan AI, aktivitas spam, dan tindak penipuan lainnya.
Dikutip Variety, perusahaan asal Swedia itu bahkan mengklaim telah menghapus lebih dari 75 juta lagu “nakal” dalam 12 bulan terakhir.
Dalam pernyataan resminya, Spotify menegaskan komitmennya untuk melindungi integritas ekosistem musik. Mereka meluncurkan sejumlah kebijakan baru, termasuk penanganan tegas terhadap peniruan vokal tanpa izin (deepfakes) dan lagu palsu yang diunggah ke profil resmi artis.
Selain itu, sebuah filter anti-spam canggih juga bakal diterapkan untuk mencegah unggahan massal, duplikasi, manipulasi SEO, dan lagu-lagu berdurasi sangat pendek yang sengaja dibuat untuk mendongkrak jumlah streaming secara curang.
“Laju kemajuan teknologi AI generatif terasa sangat cepat dan terkadang meresahkan, terutama bagi para insan kreatif,” tulis Spotify dalam unggahan blog resminya.
“Pada sisi terbaiknya, AI membuka cara-cara baru yang luar biasa bagi artis untuk menciptakan musik dan bagi pendengar untuk menemukannya. Namun, pada sisi terburuknya, AI dapat digunakan oleh pelaku kejahatan dan ‘peternakan konten’ untuk membingungkan atau menipu pendengar, memasukkan ‘sampah’ ke dalam ekosistem, dan mengganggu artis otentik yang sedang membangun karier mereka.”
Pernyataan tersebut menunjukkan keseriusan Spotify dalam menjaga ekosistem musik yang sehat dan adil. Perusahaan percaya bahwa perlindungan agresif terhadap bagian terburuk dari AI generatif adalah hal esensial untuk mengaktifkan potensi positifnya bagi para seniman dan produser.
Di samping itu, Charlie Hellman selaku Wakil Presiden dan Kepala Produk Musik Global Spotify menjelaskan, langkah ini bukan untuk menghukum artis yang memanfaatkan AI secara otentik.
“Saya ingin menegaskan satu hal: Kami tidak di sini untuk menghukum artis karena menggunakan AI secara otentik dan bertanggungjawab. Kami berharap AI dapat membuat mereka lebih kreatif dari sebelumnya,” katanya.
“Tetapi kami di sini untuk menghentikan para pelaku kejahatan yang mengakali sistem. Dan kami hanya bisa mendapatkan manfaat dari semua sisi baik itu jika kami secara agresif melindungi dari sisi buruknya,” tambah Hellman.
Lebih lanjut, Spotify merinci tiga pilar utama dari kebijakan perlindungan mereka. Pertama, memperkuat aturan impersonasi atau peniruan identitas. Dengan AI yang membuat kloning vokal menjadi lebih mudah, Spotify memperkenalkan kebijakan baru yang memperjelas bagaimana mereka menangani klaim terkait kloning suara AI.
Kedua, Spotify akan meluncurkan filter anti-spam musik baru pada musim gugur mendatang. Sistem ini akan mengidentifikasi pengunggah dan lagu yang terlibat dalam taktik curang seperti unggahan massal, duplikasi, dan manipulasi SEO. Tujuannya jelas, untuk melindungi kumpulan royalti dan memastikan bahwa seniman profesional yang bermain sesuai aturan tidak dirugikan.
Terakhir, Spotify juga berkolaborasi dengan mitra industri untuk mengembangkan standar pengungkapan AI pada kredit lagu. Standar ini akan secara jelas menunjukkan di mana dan bagaimana AI memainkan peran dalam penciptaan sebuah lagu. Hal ini tidak bertujuan untuk menghukum artis yang menggunakan AI secara bertanggungjawab, melainkan untuk meningkatkan transparansi dan kepercayaan di seluruh ekosistem musik.
Isu kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kian menjadi sorotan dalam industri musik global. Spotify, sebagai salah satu platform streaming musik terbesar di dunia, mengambil langkah tegas untuk memperkuat perlindungan terhadap penyalahgunaan AI, aktivitas spam, dan tindak penipuan lainnya.
Voi.id – Latest News